Sekitar 102 orang terdiri dari remaja hingga orang tua di Kabupaten
Sidoarjo mendapatkan edukasi seputar deteksi dan stimulasi dini tumbuh
kembang anak. Mereka mendapatkan edukasi dari dokter spesialis anak dr.
Moersintowarti dan dokter spesialis THT dr. Prijanti, di ruang Darun
Na'im lantai 3 Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo, Ahad (20/8).
Sebelum
mendapatkan materi seputar deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang
anak, para peserta diajak senam bersama dan diberikan contoh tata cara
mencuci tangan yang baik. Dengan antusias, para peserta mengikuti dan
menirukan gerakan tersebut.
Kepala marketing RSI
Siti Hajar Sidoarjo, Riza Ahmadi Tohir mengatakan, seminar kesehatan
yang bertajuk deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang anak ini untuk
memberikan pemahaman kepada orang tua bagaimana merawat dan menjaga
anaknya. Mengingat, selama ini masih ada orang tua yang belum mengetahui
cara melakukan pendampingan kepada anaknya yang masih berusia balita
hingga anak memasuki usia sekolah.
Menurutnya,
narasumber yang dihadirkan sangat profesional dan berkualitas di
bidangnya. Disinggung terkait tumbuh kembang anak dan THT, Riza
menjelaskan bahwa antara satu dan lainnya saling berkaitan. Karena
tumbuh kembang juga berpengaruh dengan THT.
"Semua
dokter yang menjadi narasumber dari RSI Siti Hajar Sidoarjo. Sedangkan
pesertanya masyarakat Sidoarjo dan sebagian sudah menjadi pasien dari
dokter spesialis. Dengan adanya kegiatan ini kami berharap bisa
mengedukasi masyarakat luas sekaligus mempromosikan Rumah Sakit Islam
Siti Hajar bahwa saat ini sudah berkembang mulai dari segi pelayanan
maupun segi spesialis," kata Riza.
Dokter
spesialis anak, dr. Moersintowarti, menuturkan, tumbuh kembang anak
yakni seorang anak yang ukuran dan kemampuannya bertambah. Untuk
mengetahui tumbuh kembang anak yang optimal bisa dilihat dari fisis
biologis seperti makanan, imunisasi. Imunisasi merupakan ikhtiar untuk
mencegah penyakit. Anak juga perlu bermain dengan baik.
"Hal-hal
penting dalam deteksi tumbuh kembang anak diantaranya memasang
timbangan, mengukur tinggi badan dan lingkar kepala, menghitung umur
anak dan lain sebagainya. Menciptakan rasa aman, nyaman, dilindungi,
diperhatikan minatnya, keinginan, pendapat dan stimulasi juga sangat
penting," ujar dr. Moersintowarti.
Salah satu
peserta seminar kesehatan, Vivi Wahyuni (32) warga Kwadengan Sidoarjo
mengaku senang bisa mengikuti kegiatan tersebut. Pihaknya mengakui bahwa
sebelum mengikuti seminar banyak kebiasan yang salah dilakukan kepada
anaknya. Seperti melarang anak untuk ini dan itu. Padahal menurut
dokter, anak yang melakukan sesuatu hal itu merupakan reaksi dari proses
pertumbuhannya dan tidak boleh dilarang, melainkan harus didampingi.
"Sekarang
saya sudah tahu bagaimana melakukan pendampingan kepada anak. Ke depan
akan saya rubah kebiasaan yang salah. Beberapa waktu lalu saya pernah
melarang anak untuk main di luar rumah, karena saya khawatir terjadi
apa-apa. Namun setelah mengikuti seminar ini, saya bertambah mengerti,"
aku ibu tiga anak itu. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)