Dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang pediatri sosial Rumah
Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo, dr Hj Moersintowarti,
menyatakan, optimalisasi tumbuh kembang dan membangun karakter anak
sejak dini itu penting sekali, karena bisa membuat anak Indonesia
berkualitas. Namun, hal itu tidak lepas dari tumbuh kembang anak sejak
kecil. Bahkan, sejak dalam kandungan.
"Bagaimana upaya kita agar anak itu tumbuh hingga dewasa menjadi anak yang berpotensi dan bermanfaat bagi masyarakat. Proses tumbuh kembang anak itu tergantung pembawaaan, genetik dan lingkungan. Supaya optimal harus sesuai apa yang dibawa oleh anak, kesehatan, gizi dan pergaulannya. Agar kebutuhan perkembangan tercapai sehingga tumbuh dengan normal dan optimal," kata dr Moersintowarti kepada NU Online, Senin (25/12).
Menurutnya, tidak semua anak lahir dengan kondisi normal. Ada yang berkelainan. Anak yang tidak normal atau berkelainan pun juga diusahakan agar ia optimal sesuai dengan kemampuannya. Jangan sampai anak tidak diurus dengan baik sehingga terkena penyakit dan menjadi tertinggal karena kurangnnya perhatian.
"Contohnya saja kebutuhan fisik dan psikologis. Fisik itu tentang bagaimana waktu hamil ibunya menjaga nutrisi, mencegah infeksi dan sebagai orang Muslim harus berdoa. Jadi yang penting kebutuhan fisik, psikologi, sosial dan spiritual," ujarnya.
Ia menjelaskan, masing-masing anak mempunyai tahap. Ada standar ukuran yang menentukan anak sampai di mana, kalau dilihat anak usianya mulai lahir sampai 18 tahun. Sebelumnya ditentukan dalam masa rahimnya. Masa sejak konsepsi bertemunya sel telur dan sperma. Sampai di dalam rahim dan lahir, kelahirannya sendiri dan sesudah lahir. Tiga proses tersebut yang harus dipantau sehingga tidak menyimpang. Kalau menyimpang, akan membuat anak menjadi kelainan.
"Pengaruh gadget justru tidak dianjurkan kecuali anak didampingi orang tuanya. Memang banyak variasi. Ada hal-hal yang harus diperhatikan ketika anak sedang main gadget. Seperti anak kecil yang main gadget dan melihat gambar lucu tapi diperhatikan orang tua dan bisa berinteraksi, itu lain. Tapi kalau ia main sendiri tanpa didampingi itu bisa membuat anak menjadi cuek. Biasanya orang tua beranggapan supaya anaknya tidak rewel diberi gadget, bener tidak rewel tapi membuat anak cuek. Itu salah satu contoh," terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, posyandu dan rumah sakit pun saat ini memperhatikan tumbuh kembang. Jadi tidak hanya mengobati sakitnya, tetapi tumbuh kembang juga harus dilakukan. Jadi sikap orang tua, masyarakat, perawat dan dokter terhadap anak itu harus tertentu, tidak bisa asal atau seenaknya saja.
Ia menganjurkan, ada stimulasi sesuai dengan usianya. Anak diajak ngomong, didengarkan suara merdu, menyanyi atau mengaji untuk anak baik sekali, mengajak bermain. Sering kali anak tidak bermain dan di rumah sendiri karena takut tertular macam-macam, hal itu juga tidak bagus.
"Mengajarkan jangan terlalu takut melarang ini itu, tapi justru diajarkan karena mereka ingin mengetahui dunianya. Jadi tanggung jawab orang tua itu penting. Kembali pada tanggung jawab dan memahami kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Kalau sudah didapat, Indonesia akan menjadi lebih baik," tegasnya. (Moh Kholidun/Alhafiz K)
"Bagaimana upaya kita agar anak itu tumbuh hingga dewasa menjadi anak yang berpotensi dan bermanfaat bagi masyarakat. Proses tumbuh kembang anak itu tergantung pembawaaan, genetik dan lingkungan. Supaya optimal harus sesuai apa yang dibawa oleh anak, kesehatan, gizi dan pergaulannya. Agar kebutuhan perkembangan tercapai sehingga tumbuh dengan normal dan optimal," kata dr Moersintowarti kepada NU Online, Senin (25/12).
Menurutnya, tidak semua anak lahir dengan kondisi normal. Ada yang berkelainan. Anak yang tidak normal atau berkelainan pun juga diusahakan agar ia optimal sesuai dengan kemampuannya. Jangan sampai anak tidak diurus dengan baik sehingga terkena penyakit dan menjadi tertinggal karena kurangnnya perhatian.
"Contohnya saja kebutuhan fisik dan psikologis. Fisik itu tentang bagaimana waktu hamil ibunya menjaga nutrisi, mencegah infeksi dan sebagai orang Muslim harus berdoa. Jadi yang penting kebutuhan fisik, psikologi, sosial dan spiritual," ujarnya.
Ia menjelaskan, masing-masing anak mempunyai tahap. Ada standar ukuran yang menentukan anak sampai di mana, kalau dilihat anak usianya mulai lahir sampai 18 tahun. Sebelumnya ditentukan dalam masa rahimnya. Masa sejak konsepsi bertemunya sel telur dan sperma. Sampai di dalam rahim dan lahir, kelahirannya sendiri dan sesudah lahir. Tiga proses tersebut yang harus dipantau sehingga tidak menyimpang. Kalau menyimpang, akan membuat anak menjadi kelainan.
"Pengaruh gadget justru tidak dianjurkan kecuali anak didampingi orang tuanya. Memang banyak variasi. Ada hal-hal yang harus diperhatikan ketika anak sedang main gadget. Seperti anak kecil yang main gadget dan melihat gambar lucu tapi diperhatikan orang tua dan bisa berinteraksi, itu lain. Tapi kalau ia main sendiri tanpa didampingi itu bisa membuat anak menjadi cuek. Biasanya orang tua beranggapan supaya anaknya tidak rewel diberi gadget, bener tidak rewel tapi membuat anak cuek. Itu salah satu contoh," terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, posyandu dan rumah sakit pun saat ini memperhatikan tumbuh kembang. Jadi tidak hanya mengobati sakitnya, tetapi tumbuh kembang juga harus dilakukan. Jadi sikap orang tua, masyarakat, perawat dan dokter terhadap anak itu harus tertentu, tidak bisa asal atau seenaknya saja.
Ia menganjurkan, ada stimulasi sesuai dengan usianya. Anak diajak ngomong, didengarkan suara merdu, menyanyi atau mengaji untuk anak baik sekali, mengajak bermain. Sering kali anak tidak bermain dan di rumah sendiri karena takut tertular macam-macam, hal itu juga tidak bagus.
"Mengajarkan jangan terlalu takut melarang ini itu, tapi justru diajarkan karena mereka ingin mengetahui dunianya. Jadi tanggung jawab orang tua itu penting. Kembali pada tanggung jawab dan memahami kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Kalau sudah didapat, Indonesia akan menjadi lebih baik," tegasnya. (Moh Kholidun/Alhafiz K)